27 November 2007

Kemanakah Filsafat Bangsa kita?

“siapa berani menurunkan engkau serentak rakyatku membela, sang merah putih yang perwira berkibarlah selama-lamanya ”, sepenggal lagu perjuangan karangan Ibu Sud yang mampu membakar semangat para pemuda-pemuda pejuang bangsa Indonesia di era perjuangan kita dulu.
Mendengarkan lagu-lagu perjuangan di masa lalu begitu besar pengaruhnya dalam mengobarkan semangat juang dan semangat persatuan demi membela kedaulatan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang kita cintai.
Masih ingatkah kita kepada Presiden Republik Indonesia yang pertama dengan kewibawaannya beliau mampu menenangkan dan membisukan seluruh rakyat Indonesia ketika dia sedang berbicara kepada rakyatnya, masih ingat kah kita saat Bung Karno berani mengeluarkan pernyataan mengundurkan diri dari keanggotaan organisasi terbesar dunia PBB karena menentang pembentukan federasi Malaysia yang dianggap akan memperluas imperialisme Negara-negara barat di kawasan Asia, ingatkah kita dengan hanya bersenjatakan bambu runcing dan semangat juang kita mampu mengusir penjajah dari bumi Indonesia.
Begitu gagah dan kokohnya Negara kita saat itu dimana seluruh Negara di dunia mengakui kedaulatan bangsa Indonesia dan menghormatinya sebagai suatu Negara yang memiliki jiwa kebersamaan dan persatuan yang tinggi.
Keragaman budaya dan berbagai macam suku-suku yang mendiami tanah nusantara begitu indah dengan balutan kekompakan dan kerukunan yang terpancar di dalamnya, dengan memegang teguh semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan semangat gotong royong semangat persatuan dan kesatuan tetap terpatri di dada dan jiwa setiap rakyat Indonesia.
Melihat kondisi bangsa Indonesia yang sekarang rasanya ada perputaran waktu yang sangat cepat sehingga menimbulkan kesan saling bertolak belakang dengan sejarah perjuangan panjang berdirinya Negara kesatuan Indonesia.
Hampir setiap hari kita bisa menyaksikan di media-media elektronik terjadinya bentrokan-bentrokan antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya, antara pihak aparat dengan mahasiswa, aparat dan masyarakat, masyarakat dan mahasiswa bahkan tidak jarang bentrokan terjadi sesama mereka sendiri antara aparat dan aparat, masyarakat dan masyarakat, mahasiswa bentrok dengan mahasiswa, tidak sedikit korban berjatuhan demi mempertahankan kebenaran semu yang bisa berakibat semakin keroposnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
kemanakah perginya jiwa gotong royong yang selama ini kita banggakan dan kita pertontonkan kepada bangsa-bangsa di luar sana sehingga mereka iri melihat kekompakan kita dan apakah musyawarah sudah tidak bisa kita ambil sebagai acuan pemersatu dalam mengambil sebuah keputusan.
Fenomena yang saat ini berkembang di sekitar kita adalah ke inginan untuk memisahkan diri dari suatu golongan atau kelompok hanya karena ketidak cocokan pendapat, persepsi ataupun perbedaan prinsip yang kemudian mengakibatkan terjadinya perpecahan.
Gambaran nyata dari fenomena ini yaitu banyaknya bermunculan partai-partai politik baru hasil perpecahan dari partai politik sebelumnya, hanya karena perbedaan pendapat yang tidak bisa mereka satukan yang berujung pada perpecahan.
Yang sekarang menggejala di Negara kita adalah adanya keinginan segelintir orang atau kelompok untuk memisahkan diri dari sebuah wilayah untuk membentuk wilayah baru dengan kedok melestarikan budaya daerah atau alasan lain yang pada intinya ingin memisahkan diri sehingga bisa membanguna kekuasan baru dengan kebijakan yang mereka anggap lebih baik dari sebelumya, hal ini bisa mengakibatkan terjadinya pengkotak kotakan dalam suatu wilayah sehingga bisa mengakibatkan semakin memudarnya rasa nasionalisme kita dan terkikisnya kebanggaan kita yang merupakan filsafat bangsa kita yaitu musyawarah untuk mencari mufakat .
Sejarah begitu banyak memberikan kita pelajaran dan wejanga-wejangan yang sangat berharga tentang bagaimana menjalani kehidupan yang baik namun tidak banyak yang bisa menerapkanya.

Tidak ada komentar: